Chairil Anwar
Wakil Ketua Majelis Dikti
Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Memandu Muhammadiyah
Abad Kedua #)
Assalamua’laikum warah matullahi wabarakatuh,
Alhamdulillahirrobbil
a’lamin
Wa bihi nastainu a’la
umuriddunya wad din
Wassalatu wassalamua’la
khotamil anbiyai walmursalin,
Muhammadin waa’laa’lihi
wa asyhabihi ajmain
Asyhadu Allah ila
ha illallah, waasyhaduannaMuhammadar Rasulullah
Robbi srohli shodri
wayassirli a’mri wahlul uqdata min lisani yaf qohu qowli
Amma ba’du,
Yth. Para pejabat Sipil, Polri dan Militer Pemda Kabupaten Tuban, Koordinator
Kopertis Wilayah VII, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propensi Jatim beserta seluruh Ortom dan
PDM Kab Tuban, Rektor UM Gresik (PTM Pembina STIEM Tuban), Ketua STIEM Tuban beserta
seluruh Pimpinan, Senat STIEM dan Sivitas Akademika STIEM
Tuban. Para orang tua wisudawan/wati,
wisudawan dan wisudawati yang berbahagia serta para hadirin yang dirahmati
Allah Swt.
Hadirin yang saya hormati,
Marilah pada kesempatan yang berbahagia ini kita
panjatkan puji syukur ke hadirat Allah subhanahuwataala
atas semua karunia yang kita terima terutama karunia kesehatan dan kesempatan
hingga kita dapat berkumpul bersama bersilaturahim
dalam rangkaWisuda Sarjana STIE Muhammadiyah Tuban. STIEM Tuban merupakan satu dari 165 Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang insyaAllah akan masih terus berkembang
dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas khususnya masyarakat Kab Tuban dan Jatim.
Ibu, Bapak dan Hadirin Ysh.
Seperti yang telah kita ketahui bersama perhelatan akbar Muktamar Muhammadiyah 47 yang berlangsung di Makasar
tanggal 3-7 Agustus 2015 atau 18-22 Syawal 1436H telah usai dengan hasil
alhamdulillah sukses dan terpuji.
#) disampaikan pada Wisuda STIEM Tuban, 29 Oktober 2015
Tema Muktamar adalah Gerakan
Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan. Pelaksanaan tiga Muktamar terakhir semuanya berlangsung di kampus
PTM yaitu di UMMalang untuk Muktamar 45, di UMYogya untuk Muktamar 46, dan di UM
Makasar untuk Muktamar 47. Hal ini menunjukkan bahwa PTM merupakan amal usaha
Muhammadiyah yang peranannya makin penting ke depan.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini saya ingin mengingatkan kembali
beberapa hal.
Pertama, Muhammadiyah tetap merupakan gerakan keagamaan. Melalui amal usaha
Muhammadiyah (AUM) masyarakat seakan mengidentikkan Muhammadiyah dengan lembaga
pendidikan (TK hingga PT), rumah sakit, rumah panti sosial dan kegiatan
ekonomi. Sejatinya Muhammadiyah adalah gerakan Islam. Hal itu secara jelas
tertera dalam Anggaran Dasar pasal 4 ayat 1 yang menyatakan : Muhammadiyah
adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber dari
Al Quran dan As-Sunnah. AUM adalah wahana atau sarana yang kita gunakan bersama
untuk menuju cita-cita Muhammadiyah mewujudkan Islam yang mencerahkan menuju
Indonesia berkemajuan. Perlu disampaikan bahwa garis gerakan Muhammadiyah
adalah Islam moderat yang inklusif yaitu Islam yang menjadi rakhmat bagi
semuanya. Dalam sejarahnya guru sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagian berasal
dari Belanda. Pada saat sekarang beberapa sekolah dan perguruan tinggi seperti
yang ada di Papua dan NTT 70% siswa dan mahasiswanya berasal dari kalangan non
muslim.
Kedua, sebuah ide pembaharuan yang dikumandangkan dari sebuah kampung
kecil Kauman Yogya oleh Kiai Dahlan ternyata melahirkan peradaban besar yang
dapat dicatat dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia dan umat Islam. Berawal
dari suatu organisasi lokal Yogya sebagaimana izin yang diberikan oleh penjajah
saat itu, Muhammadiyah kemudian mekar mengindonesia, bahkan menyentuh
negara-negara tetangga. Kesungguhan hati dan pantang menyerah dari sang Kiai
kemudian mendapat penghargaan dari masyarakat yang kemudian bersama-sama
meneruskan perjuangan dan sekaligus mengembangkan ide Kiai Dahlan. Ide
pembaharuan/pencerahan anti kejumudan dengan simbolisasi anti TBC (takhayul
bidah khurafat) telah berhasil mendapat tempat di hati masyarakat. Seperti dalam
hukum besi sejarah, ide atau organisasi yang dibutuhkan dan mendapat tempat di
hati masyarakat akan terus hidup,berlanjut-berkembang, sementara yang tidak
diterima masyarakat akan hilang ditelan zaman. Muhammadiyah termasuk yang
pertama, terbukti dapat melintasi zaman masih terus berkembang dan sekarang
memasuki abad kedua perjalanannya.
Ketiga, kebersamaan dan kemandirian yang berhasil dijalin dalam
penyelenggaraan dua Muktamar (Muhammadiyah dan Aisyiyah), kaum priya dan
perempuan merupakan gambaran kebersamaan dan keutuhan. Dalam kepengurusan PP
Muhammadiyah , Ketua Aisyiah ex officio
menjadi salah satu ketua. Kebersamaan juga dijalin antara Muhammadiyah dengan
pemerintah dan masyarakat. Di kampung di mana para tamu tinggal, masyarakat
setempat memberikan makan gratis kepada para tamu. Sejak Muktamar 45 di Malang
yang dipusatkan di kampus UM Malang, Muktamar 46 yang berpusat di kampus UMY,
dan Muktamar 47 yang berpusat di kampus UMMakasar sebenarnya merupakan cermin
kemandirian. Biaya Muktamar yang cukup besar sebagian besar ditanggung oleh
Muhammadiyah. Karenanya ada optimisme bahwa Muhammadiyah merupakan salah satu
unsur penting dalam pembentukan masyarakat madani di Indonesia. Pemilihan kampus sebagai pusat kegiatan muktamar
merupakan simbol kemajuan, kecerdasan dan kemandirian.
Keempat, Muhammadiyah adalah organisasi yang tumbuh berkembang bersama
bangsa. Karena itu antara Muhammadiyah dengan pemerintah memiliki visi yang
sama yaitu mencitakan terbentuknya
negara Indonesia yang adil makmur, aman sejahtera dalam lindungan Allah Swt.
Bila pada Muktamar 43 di Banda Aceh Presiden Indonesia kedua Soeharto, dengan
lepas menyatakan sebagai bibit Muhammadiyah karena pernah mengenyam pendidikan
di SMP Muhammadiyah Wonogiri. Hal yang sama juga disampaikan oleh Wapres
Boediono yang menyampaikan secara terbuka bahwa beliau pernah belajar di SD
Muhammadiyah Blitar, dan merasa senang menjadi bagian dari keluarga besar
Muhammadiyah. Pada Muktamar 47, Wakil Presiden pak Jusuf Kalla juga menyatakan
bahwa beliau adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Muhammadiyah. Karena itu
lembaga pendidikan Muhammadiyah memang diperuntukkan dari Muhammadiyah untuk
umat dan bangsa.
Ibu,
Bapak, dan Hadirin Yth.
MembangunPeradaban Islam
Jangkar utama dinul Islam adalah tauhid. Tauhid adalah pengakuan akan
keesaan Allah, bahwa Allah adalah Sang Maha Pencipta dan Zat Yang Paling
Menentukan di alam semesta ini. Dalam kesempatan ini dapat disampaikan tiga
hal terkait hubungan tauhid dengan
peradaban.
Pertama, peradaban Islam yang berkembang hingga
saat ini merupakan perwujudan tauhid yaitu dalam upaya melaksanakan perintah
Allah serta menafsirkannya dalam bentuk amal usaha sebagaimana yang diserukan
dalam Alquran dan sunnah nabi. Selama paro pertama dari 14 abad sejak
kelahirannya Islam telah menunjukkan prestasi yang cukup gemilang bersama-sama
dengan peradaban yang lain. Bahkan pada awal perkembangannya mulai dari abad 7 s/d
11 masehi atau abad 1 s/d 5 hijriyah Islam telah tampil sebagai pelopor atau trendsetter peradaban. Islam dari awal telah menempatkan fungsi akal secara proporsional.
Kata iqra’ tidak hanya melahirkan budaya
membaca dalam konteks tulisan dan gambar sehingga budaya tulis menulis menjadi perilaku
keseharian umat,namun juga membaca dalampengertian yang lebih luas yaitu membaca
alam termasuk manusia di dalamnya.Karena itu ilmuwan Islam telah berhasil menjadi
tokoh dalam bidangnya masing-masing jauh mendahului beberapa abad era
Pencerahan (aufklarung) Eropa yang
dianggap sebagai cikal bakal lahirnya budaya moderen. Kita dapat menyebut Jabir
Ibnu Hayyan (penemuAljabar) dan Ibnu Sina (BapakKedokteranModeren) sebagai contoh,
di mana nama itu telah melegenda dan menjadi ikon peradaban moderen. Dalam hal ini nampak bahwa Islam bukanlah
ajaran yang menghambat perkembangan ilmu apalagi menolak atau bertentangan
dengan ilmu. Sangat banyak ayat Al Quran maupun hadis nabi yang mendorong umat
Islam untuk mencapai prestasi tinggi dalam ilmu pengetahuan. Salah satu ayat
menyebutkan : Niscaya Allah akan
menaikkan derajad mereka yang beriman dan berilmu(surat al Mujadilah ayat
11). Ayat tersebut seakan memberikan kedudukan yang sama antara orang yang
beriman dan berilmu. Tak terbilang hadis nabi yang juga memberikan perhatian
tentang pentingnya ilmu. Salah satu hadis yang kita kutip berbunyi: tuntutlah ilmu mulai dari ayunan hingga
liang lahat. Karena itu kejadian yang dialami oleh umat Islam dewasa ini
yang terbelakang dalam bidang ilmu dan teknologi bukanlah karena faktor ajaran,
melainkan faktor yang menimpa umat Islam sendiri. Muhammad Abduh menyebut kondisi
tersebut disebabkan oleh ulah umat Islam
yang menutupi dirinya sendiri.Bukan
suatu kebetulan bila Muhammadiyah menjadikan pendidikan, utamanya pendidikan tinggi sebagai salah satu
ujung tombak amal usahanya. Karena kampus adalah pelestari, penyebar dan
pengembang ilmu pengetahuan.
Hadirin yang terhormat,
Kedua, adalah masalah
kebersamaan. Alquran menyebutkan agar kita bekerja sama dalam mencapai kebaikan
(birrun) dan takwa. Membangun
peradaban besar hanya dapat dilakukan melalui kebersamaan. Kampus merupakan
salah satu unsur penting dalam membangun peradaban. Dalam lingkungan kampus
kerjasama dapat dilakukan antara pimpinan dengan mahasiswa dan karyawan, antara
dosen dengan mahasiswa, bahkan juga antara PT dengan masyarakat luas. Inti dari
kerjasama adalah saling mempercayai atau dalam bahasa agama khusnudzon. Tanpa saling percaya akan sangat sukar
dihasilkan kesepakatan. Masjid/musolla mempunyai posisi yang strategis dalam
pembinaan SDM kampus maupun masyarakat umum, terutama dalam pengembangan etika
yang bersumber dari tauhid. Dalam
konteks persyarikatan kerjasama yang erat dan saling melengkapi antara PTM,
PWM/PDM dan BPH merupakan modal awal yang sangat penting dalam memajukan PTM.
Hadirin yang berbahagia,
Ketiga, adalah pentingnya jiwa
keberagamaan (religiusitas) terus dikembangkan. Sejak beberapa tahun terakhir ramai
digulirkan istilah spiritual capital
(modal spiritual).Yang sering
menjadi acuan adalah sosiolog Max Weber dalam bukunya yang sangat terkenal berjudul Etika Protestan. Bahwa kemajuan suatu masyarakat itu dimotivasi oleh agama.
Mereka yang menerapkan etika Protestan ternyata lebih maju dibandingkan
dengan lainnya. Sebenarnya ketika nabi Muhammad saw menjadi pedagang, beliau telah menerapkan nilai agama seperti jujur, berterus terang, penuh
keyakinan, serta berorientasi ke depan sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran
bahwa orientasi akhirat lebih baik dari orientasi dunia semata (walal akhirotu khoirullaka minal u’la). Sudah cukup banyak tulisan/buku yang mencoba
menggali ajaran nabi terkait kewirausahaan. Karena itulah saat ini dikenal beberapa indeks untuk mengukur
potensi kecerdasan manusia. Diawali dengan IQ (Intellegence Qoutient), disusul dengan EQ (Emotional Quotient ), indeks emosi). Yang terakhir dikenal pula
ukuran kecerdasan baru yang disebut dengan Spiritual
Quotient (SQ). Ukuran ini sebenarnya merujuk pada hakekat manusia yang
tidak hanya terdiri dari sosok fisik (jasad) yang dikaruniai fikiran melainkan
secara kodrati manusia adalah mahluk spiritual. Manusia selalu berupaya untuk
mencari sesuatu yang ada dibalik yang nampak. Konsep spiritualitas yang paling
jelas tentu berasal dari agama. Ingatlah bahwa disebut manusia ketika Allah
meniupkan ruhNya ke dalam bayi yang masih dalam rahim sang ibu. Sang Pencipta
(Al Khalik), Allah Yang Esa adalah yang
Maha Gaib –Yang Maha Spiritual (alladzina
yu’minuna bil ghaibi). SQ ingin menunjukkan bahwa manusia adalah bagian
dari yang Maha Gaib. Dalam banyak hal kewibawaan seseorang tercermin dari
kecerdasan spiritualnya. Namun karena bidang ini adalah bidang yang rumit
memang tidak bisa didekati dengan ilmu yang cenderung bergerak secara linear. Mengungkapkan kembali arti penting kecerdasan spiritual, menunjukkan
tentang makin pentingnnya kehidupan beragama bagi manusia abad 21. Menjadi manusia
yang utuh adalah dambaan semua orang.Utuh menunjukkan keterpaduan antara komitmen (niat), usaha
(amal), dan pilihan jalan (jihad) yang mesti dilalui (walladzina jahadu fina lanahdiyannakum subulana wainnAllaha la
ma’almuhsinin). Dalam konteks
inilah sebenarnya dapat diupayakan membangun karakter umat dan bangsa.
Hadirin Yang Berbahagia,
Perkembangan PTM
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM)
berawal pada tahun 1960 an. Secara kuantitatif saat ini ada 165 PTM yang
berbentuk akademi, sekolah tinggi, institut ataupun universitas. Ada 41 universitas di
seluruh Indonesia yang tersebar mulai dari ujung utara barat Universitas
Muhammadiyah Banda Aceh ,NAD, kawasan tengah Indonesia Universitas Muhammadiyah
Maluku Utara, Ternate, Malut, untuk kawasan timur Universitas Muhammadiyah Sorong
di Sorong, Papua Barat, dan kawasan timur selatan Universitas Muhammadiyah
Kupang, di Kupang, NTT. PTM yang terbanyak terdapat di pulau Jawa. Jumlah
mahasiswa PTM yang tercatat sebanyak 500 ribu atau 10% dari jumlah mahasiswa
Indonesia. Universitas Muhammadiyah (UM) dengan jumlah mahasiswa di atas
sepuluh ribu orang adalah Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas
Muhammadiyah Palembang, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Universitas
Muhammadiyah Prof Hamka, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Makassar,
dan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Bidang studi
yang ditawarkan PTM sangat bervariasi namun yang selalu ada adalah bidang studi
Agama Islam. Saat ini ada 8 Universitas Muhammadiyah yang menyelenggarakan
program studi Kedokteran yaitu Medan, Palembang, Jakarta,Yogyakarta, Semarang,
Surakarta, Malang, dan Makasar. Jenjang pendidikan yang ditawarkan PTM berupa
diploma, S1, S2, dan S3. Ada 18 PTM yang
menyelenggarakan program pascasarjana. Khusus untuk program S3, ada tiga PTM
penyelenggara yaitu UMY untuk program studi Agama Islam, UMS untuk prodi Hukum
dan UM Malang untuk prodi Sosial Politik dan Pendidikan Islam. Baik program
S3 yang di Yogya maupun Malang saat ini sudah melahirkan doktor.
Pengantar
singkat di atas sengaja disampaikan untuk menunjukkan bahwa PTM hingga saat ini
mengalami perkembangan yang sangat menggembirakan. Bahkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM)
kewalahan untuk membatasi minat warga persyarikatan untuk mendirikan PTM di
berbagai daerah di tanah air. Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan
PTM cukup baik di tengah keluhan makin banyaknya PTS yang sudah dan akan tutup
karena kekurangan mahasiswa. Hingga saat ini belum ada PTM yang melaporkan diri
untuk ditutup. Yang ada adalah usaha bergabung terutama yang ada di kota yang
sama, tujuannya agar pengelolaannya lebih baik dan efisien. Kondisi demikian
dapat terjadi salah satu kuncinya tiada lain adalah karena adanya kepercayaan (trust) masyarakat kepada Muhammadiyah.
Seakan kata Muhammadiyah hampir identik dengan pendidikan. Kepercayaan masyarakat
tersebut adalah modal terbesar yang dimiliki PTM maupun amal usaha Muhammadiyah
lainnya.
Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tuban
Majelis Pendidikan Tinggi Litbang
menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada pimpinan STIEM Tuban yang telah
bekerja keras untuk menghidupkan dan membesarkan PTM di Kab Tuban. Hal ini
merupakan wujud pertanggung jawaban pimpinan kepada masyarakat dan
pemerintah. Usaha keras pimpinan terwujud dengan diakreditasinya semua prodi
yang ada serta institusi. Wisuda kali ini yang berhasil mewisuda 52 orang
merupakan salah satu buah dari kerja keras. Kita berharap kerjasama yang bagus antara pimpinan STIEM
Tuban dengan persyarikatan (BPH,PDM dan PWM) dengan dibantu oleh UM Gresik
sebagai pembina maupun PTM lainnya, akan mempercepat perkembangan dan kemajuan
STIEM Tuban ke depan.
Hadirin yang berbahagia,
PTS saat ini
memang sedang diuji sejarah. Apakah dapat bertahan dalam guncangan persaingan
yang ketat atau ambruk. Untuk PTM, sejauh proyeksi kecenderungan yang ada saat
ini insyaAllah akan dapat bertahan bahkan berkembang lebih pesat. Dari segi
pengelolaan diharapkan akan terjadi sinergi dan penguatan antara PTM,
Persyarikatan Muhammadiyah, Pemerintah, dunia usaha, pihak luar negeri dan
masyarakat umum. Sepanjang PTM dapat menjaga amanah atau trust dari masyarakat, kita
boleh optimis bahwa PTM akan berhasil mengatasi kesulitan dan tantangan yang
ada dalam menggapai misi PTM untuk mencetak sarjana berkualitas yang unggul dan
mengabdi kepada Sang Kholik dan masyarakat. Mengingat PT merupakan salah satu
institusi penyangga dan pengembang peradaban, tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa PTM akan menjadi kereta penghela utama persyarikatan Muhammadiyah dalam
mengawal abad Kedua perjalanannya. Dalam lima tahun terakhir nampak sekali
bahwa majelis dikti harus
berpatner dengan majelis ataupun lembaga lain di lingkungan PP Muhammadiyah untuk menjalankan
program yang diamanahkan muktamar 47 agar menjadi lebih terintegrasi dan makin baik. InsyaAllah.
Akhirnya, saya ingin menyampaikan
selamat kepada STIEM Tuban yang telah berhasil mencetak sarjana yang islami dan
bertakwa.
Selamat kepada para orang tua/ wali
wisudawan/wati khususnya kepada wisudawan/wati yg berhasil lulus pada
kesempatan kali ini. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan bimbingan dan
petunjuk kepada para wisudawan/wati untuk mengamalkan ilmunya di tengah-tengah
masyarakat. Amin.
Billahittaufikwalhidayah.
Wassalamualaikumwarohmatullohiwabarokatuh.
Tuban, 29 Oktober 2015 /16 Muharram 1437 H
Wakil Ketua Majelis Dikti
Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020